Kamis, 24 Oktober 2013

RADIOTERAPI

Pengertian radioterapi

Radioterapi merupakan metode pengobatan yang menggunakan radiasi baik radiasi pengion maupun radiasi non pengion yang ditujukan pada pengobatan penyakit keganasan (kanker) dengan memberikan radiasi dengan dosis tertentu pada organ bermasalah.

Perbedaan radiodiagnostik dan radioterapi
Perbedaan dari radiodiagnostik dan radioterapi yaitu ada pada tujuan pemeriksaannya jika radiodiagnostik bertujuan untuk mendiagnosa penyakit sedangkan untk radioterapi bertujuan untuk mengobati penyakit keganasan (kanker).

Prinsip radioterapi

Memberikan dosis radiasi yang tepat dan terukur pada volume tumor yang ditentukan
Menghindari / mengurangi kerusakan jaringan sehat disekitarnya seminimal mungkin


Radiasi eksterna / Teleterapi
Suatu cara pemberian radiasi dengan sumber radiasi dari luar tubuh pasien dan ada jarak tertentu dengan target atau area penyinaran
Brachyteraphy
Cara pemberian radiasi dimana sumber radiasi didekatkan sedekat mungkin dengan organ target yang akan diradiasi.
Radiasi interna
Jenis terapi radiasi dengan cara memasukkan sumber radiasi kedalam tubuh , baik secara oral maupun intravena sehingga mengikuti metabolisme tubuh.

Selasa, 15 Oktober 2013

KAMAR GELAP


KAMAR GELAP (DARK ROOM) RADIOLOGI


Pendahuluan
Dalam bidang kesehatan radiologi mempunyai peranan yang penting karena merupakan alat penunjang diagnostik. Di radiologi kita pasti akan mengenal yang namanya kamar gelap (dark room) yang merupakan ruangan dimana tempat dibangkitkannya bayangan laten menjadi cahaya tampak dan menghasilkan gambaran radiografi. Dark room sendiri sudah mulai ditinggalkan seiring dengan mulai berkembangnya Computer Radiography (CR) dan Digital Radiography (DR). Tetapi untuk menambah wawasan kita akan bahas apa itu kamar gelap radiologi.
Pengertian
Kamar gelap merupakan suatu ruangan atau tempat dilakukannya pengolahan film radiografi sebelum dan sesudah eksposi. Diruangan ini bayangan laten yang ada didalam film akan diubah menjadi cahaya tampak.
Fungsi dari kamar gelap :

  1. Memasukan dan mengeluarkan film radiogfi dari kaset
  2. Tempat prosesing film radiografi
  3. Penyimpanan film dan kaset radiografi
  4. Tempat perawatan kaset dan Intensying screen (IS) dan cairan prosesing
  5. Dll.

Jenis prosesing

Manual prosesing

Manual prosesing adalah metode untuk membangkitkan bayangan laten menggunakan tenaga manusia dengan melalui proses diantaranya :

  1. Pembangkitan bayangan laten (developer)
  2. Pembilasan (rinsing)
  3. Penetapan bayagan tampak (fixing)
  4. Pembersihan dari sisa prosesing (washing)
  5. Pengeringan film radiografi (drying)
Gambar yang dihasilkan dengan menggunakan prosesing manual bergantung pada kemampuan sember daya manusia dalam menentukan faktor eksposi dan melakukan prosesing film.

Automatic prosesing
Automatic prosesing merupakan proses pembangkitan bayangan laten menjadi bayangan tampak menggunakan tenaga mesin. Dalam automatic prosesing memiliki kesamaan dengan metode manual prosesing dalam tahapannya, tetapi dalam automatic prosesing tidak melalui tahapan pembilasan (rinsing).

Desain dan Kontruksi kamar gelap

Lokasi
Kamar gelap harus mudah untuk diakses oleh radiografer dan berada dipusat dari ruangan radiologi dan terhindar dari radiasi serta cahaya matahari (cahaya tampak).

Interior kamar gelap

Meja basah (wet side)
Meja basah merupakan istilah dari tempat menyimpan cairan prosesing. Contohnya tangki prosesing.

Meja kering (dry side)
Meja kering merupakan tempat untuk menyimpan peralatan seperti kaset, film, labelling, dll.

Ukuran kamar gelap

Manual prosessing
Kamar gelap yang menggunakan manual prosesing memiliki standar ukuran yaitu dengan ukuran memanjang dan luasnya 10m2 untuk tingginya 3m
Automatic prosessing
Kamar gelap yang menggunakan automatic prosessing sebaiknya berbentuk bujur sangkar denga ukuran luas 7m dan tinggi 3m

Lantai

Untuk lantai dikamar gelap memiliki syarat yaitu  :
  1. Tidah mudah rapuh dan kropos
  2. Tahan terhadap cairan prosesing
  3. Tidak licin
  4. Mudah dibersihkan
  5. Dapat menyerap cairan kimia
  6. Berwarna cerah
  7. Bahannya terbuat dari : bitumen (turunan aspal), keramik, porselin
Dinding

Syarat dinding untuk kamar gelap adalah :
  1. Tahan terhadap radiasi
  2. Berwarna cerah
  3. Mudah dibersihkan
  4. Dari bahan water proof/porselin
  5. Tahan terhadap korosi
Syarat ketebalan :
  1. Dari beton dengan ketebalan 15 cm
  2. Batu bata yang equivalen dengan 2mm Pb dan disusun miring
  3. Papan yang dilapisi dengan 2mm Pb
Atap ruangan kamar gelap

Tingginya tidak kurang dari 3 meter dan atapnya terbuat dari bahan yang tidak mudah keropos dan catnya tidak mudah terkelupas.

Sirkulasi udara dikamar gelap
Sirkulasi udara dikamar gelap merupakan hal yang sangat penting untuk diatur dan ventilasi yang baik akan menunjang kestabilan cairan prosesing. Untuk menjaga agar sirkulasi udara dikamar gelap tetap baik maka yang perlu dilakukan adalah :
  1. Udara harus berotasi 6-10 kali perjam
  2. Suhu ruangan 18o-22 o C
  3. Kelembaban 40 %- 60 %
  4. Bentuk dari ventilasi sebaiknya berbentuk cerobong asap atau menggunakan AC
Pintu masuk kamar galap
Persyaratan pintu kamar gelap
  1. Kedap cahaya
  2. Dapat mengatur ventilasi
  3. Radiografer tidak kesulitan untuk mengaksesnya
Macam-macam pintu kamar gelap
Sistem 1 pintu
  1. Lebih murah
  2. Menghemat ruangan
  3. Menggunakan pengunci otomatis, untuk menghindari cahaya tampak masuk kedalam kamar gelap

Sistem 2 pintu
  1. Menghemat tempat
  2. Kunci otomatis
  3. Pintu harus kedap terhadap cahaya tampak
Sistem zig-zac

  1. Menghemat tempat
  2. Efesien
  3. Praktis
  4. Mudah untuk diakses
  5. Sistem dinding penyekat
  6. Mudak diakses
  7. Ventilasi ruangan yang terus menerus
Sistem berputar
  1. Kedap cahaya
  2. Berbentuk lingkaran
Penerangan dikamar gelap
Penerangan untuk dikamar gelap menggunakan lampu pijar atau lampu neon karena dapat memudahkan radiografer untuk membersihkan dan merawat kamar gelap. Untuk penerangan khusus menggunakan safe light safe light ditempatkan 1 meter diatas meja basah gunanya yaitu untuk mengetahui apakah gambaran radiografi sudah terbentuk sesuai dengan standar gambaran.
Perawatan kamar gelap
  1. Membersihkan screen dengan alkohol
  2. Membersihkan tangki prosesing
  3. Membersihkan kamar gelap
  4. Menjaga agar cahaya tidak masuk ke kamar gelap
  5. Memperhatikan suhu dan kelembaban
Penutup

Untuk menghasilkan gambaran radiografi yang baik maka kamar gelap memiliki peranan yang sangat penting karena disini merupakan tempat dibangkitkannya bayangan laten menjadi bayangan tampak. Maja untuk menghasilkan gambaran yang baik kamar gelap harus dijagan dan dipelihara sesuai ketentuannya untuk menjaga kualitas gambaran yang dihasilkan.

Minggu, 13 Oktober 2013

PERBEDAAN RADIASI SINAR X, ALFA, GAMMA



Secara singkat bahwa radiasi dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu radiasi pengion dan non pengion. termasuk dalam jenis tersebut adalah radiasi sinar x, alfa, gamma. perbedaan dari masing-masing jenis radiasi ini adalah sebagai berikut :

Radiasi sinar x memiliki daya tembus yang sangan kuat tetapi daya ionisasinya rendah, sedangkan untuk radiasi alfa dan radiasi gamma memiliki daya tembus yang rendah tetapi daya ionisasinya sangat tinggi. maka apabila dari 3jenis radiasi ini yang memiliki resiko bahaya yang tinggi adalah radiasi alfa dan radiasi gamma. hal ini disebabkan karena 2 jenis radiasi ini memiliki daya ionisasi yang rendah, setelah menembus objek maka radiasi ini akan diserap objek dan mengalami ionisasi dengan organ atau objek yang dilaluinya atau karena diserap objek. sedangkan untuk radiasi sinar x karena memiliki daya ionisasi yang rendah dan daya tembus yang tinggi maka lebih banyak energi yang menembus objek dibandingkan yang diserap objek dan tingkat ionisasinyapun rendah.

JENIS RADIASI

Radiasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu radiasi pengion dan non pengion.



Radiasi Pengion


Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus.


a. Partikel Alpha (α)


Mempunyai ukuran (volume) dan muatan listrik positif yang besar. Tersusun dari dua proton dan dua neutron, sehingga identik dengan inti atom Helium. Daya ionisasi partikel a sangat besar, kurang lebih 100 kali daya ionisasi partikel β dan 10.000 kali daya ionisasi sinar-g. Karena mempunyai muatan listrik yang besar, maka partikel a mudah dipengaruhi oleh medan listrik yang ada di sekitarnya dan setelah terlepas dari sumbernya hanya mampu menjangkau jarak sejauh 4-5 cm di dalam media udara. Sedangkan akibat ukurannya yang besar maka partikel a tidak mampu menembus pori-pori kulit kita pada lapisan yang paling luar sekalipun, sehingga radiasi yang diapancarkan oleh partirkel a tersebut tidak berbahaya bagi manusia apabila berada di luar tubuh.

b. Partikel Beta (β)


Mempunyai ukuran dan muatan listrik lebih kecil dari partikel a. Daya ionisasinya di udara 1/100 kali daya ionisasi partikel a. Dengan ukurannya yang lebih kecil, partikel b mempunyai daya tembus lebih besar dari partikel a. Karena muatannya yang kecil daya jangkau partikel b di udara bisa sejauh 9 cm, untuk selanjutnya dibelokkan oleh medan listrik yang ada di sekitarnya.


c. Sinar-X


Mempunyai kemiripan dengan sinar g, yaitu dalam hal daya jangkau pada suatu media dan pengaruhnya oleh medan listrik. Yang membedakan antara keduanya adalah proses terjadinya. Sinar g dihasilkan dari proses peluruhan zat radioaktif yang terjadi pada inti atom, sedangkan sinar-X dihasilkan pada waktu elektron berenergi tinggi yang menumbuk suatu target logam. Sinar g akan dipancarkan secara terus menerus oleh sumber radioaktif selama sumber tersebut bersifat tidak stabil, sedangkan sinar-X dapat setiap saat dihentikan pancarannya apabila pesawat sinar-X tidak diberikan suplai daya (tenaga listrik).


d. Partikel Neutron


Mempunyai ukuran kecil dan tidak mempunyai muatan listrik. Karena ukurannya yang kecil dan tidak terpengaruh oleh medan listrik di sekitarnya, maka partikel neutron memiliki daya tembus yang tinggi. Partikel neutron dapat dihasilkan dari reaksi nuklir antara satu unsur tertentu dengan unsur lainnya.





Radiasi Non – Pengion


Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari). (biw)

Jumat, 11 Oktober 2013

PENGGUNAAN RADIASI DALAM KESEHATAN

Radiology
Radiologi adalah bidang ilmu atau studi yang berhubungan dengan diagnostik yang menggunakan energi radiasi sebagai sumber utama seperti sinar x, sinar gamma, magnetik, ultrasound untuk menghasilakan gambaran objek yang diperiksa guna mempermudah proses diagnostik suatu penyakit atau kelainan lainnya. Radiologi digunakan dalam berbagai bidang seperti :
  • Diagnostik imaging (membuat gambaran untuk diagnostik)
  • Angiografi (peperiksaan pembuluh darah)
  • Intervensional radiologi
  • Radioterapi (pengobatan menggunakan radiasi
Dalam diagnostik imaging terdapat beberapa jenis pemeriksaan dan jenis energi radiasi yang digunakan untuk pemeriksaan, diantaranya yaitu sebagai berikut :
Gelombang elektromagnetik
  • Sinar x
  • Computer Tomografi (CT)
  • Magnetik Resonance Imaging (MRI) /tidak menggunakan sinar x
  • Kedokteran nukler /menggunakan radioaktif sebagai sumber radiasi dan gamma kamera
  • Gelombang suara (tidak menggunakan radiasi) Ultrasound
Radiasi
Radiasi terdapat 2 jenis yaitu :

Radiasi gelombang elektromagnetik
Radiasi gelombang elektromagnetik memiliki paket energi yang disebut photon. Banyak jenis pemeriksaan di bidang radiologi menggunakan bebrapa jenis gelombang elektromagnetik diantaranya :

Magnetik Resonance Imaging menggunakan gelombang radio sebagai sumber utama radiasi yang digunakan. Tidak menggunakan radiasi sinar x.

Computer Tomografi (CT) merupakan jenis pemeriksaan yang menggunakan sinar x sebagai energi radiasi dan merupakan gelombang elektromagnetik. Sinar x dihasilkan dari proses yang terjadi didalam tabung sinar x (tabung dioda) yaitu tumbukan antara elektron dengan bidang target. Sinar x juga digunakan pada radiografi konvensional dan jenis pemeriksaan lainnya ayng menggunakan sinar x sebagai sumber radiasi.

Kedokteran nuklir merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang menggunaka  radioaktif sebagai sumber utama dan kamera gamma sebagai penangkap pancaran radiasi dari radioaktif.

Panjang gelombang dari gelombang elektromagnetik
  • Sinar gamma 10-14
  • Sinar x 10-12 – 10-10
  • Sinar UV 10-8
  • Infra merah 10-6 – 10-4
  • Radar 10-2
  • FM 1
  • TV 102
  • Shortwave
  • AM 104

SEKILAS TENTANG CT SCAN


Sejarah perkembangan ct scan
Generasi pertama
Perkembangan ct scan yang pertama menggunakan prinsip translation-rotation. Hanya memiliki 1 atau 2 detektor untuk 1 kali scanning dan memerlukan waktu 130-135s untuk melakukan satu kali scanning. Berkas sinar x yang keluar berbentuk pencil. Dapat melakukan rotation sebesar 180 derajat. CT Scan generasi pertama digunakan untuk pemeriksaan kepala.
Kekurangan ct scan generasi pertama yaitu tidak dapat menampilkan intensitas sinar x yang besar, maka dari itu pada pemeriksaan ct scan dengan generasi pertama harus menggunakan bantal air yang dikelilingkan dikepala pasien yang bertujuan untuk menyerai radiasi agar dapat menghasilkan gambaran yang baik.
Generasi kedua
Untuk ct scan generasi kedua memiliki prinsip yang sama seperti ct scan generasi pertama yaitu menggunakan prinsip tranlation-rotation tetapi untuk ct scan generasi kedua sudah menggunakan detektor berjenis series. Dan waktu dalam melakukan satu kali scanning yaitu 150s. Ct scan generasi kedua memiliki detektor sebanyak 30 buah dan bergerak seperti kipas pada saat melakukan 1 kali scanning.
Kerugian dari ct scan generasi kedua adalah meningkatnya radiasi hambur, maka dari itu di jendela kolimator nya ditambah dengan filter yangberbentuk dasi kupu-kupu. Tetapi memiliki keuntungan yaitu waktu melakukan scanning lebih cepat. Untuk ct scan generasi kedua masih digunakan untuk pemeriksaan kepala.
Generasi ketiga
Ct scan generasi ketiga memiliki prinsip kerja yaitu rotation, artinya tube sinar x dan detektor berputar sebesar 360 derajat dengan waktu scanning nya yaitu 1s. Detektor yang digunakan oleh ct scan generasi ketiga ini berjumlah 960 buah dan berkas sinarnya seperti kipas. Kekurangannya yaitu terdapt artefact ring jika terjadi kerusakan pada detektornya. Untuk ct scan generasi ketiga dapat melakukan scanning untuk whole body (seluruh tubuh).
Generasi keempat
Ct scan generasi keempat memiliki detektor dengan jumlah 960 buah dan dapat berputar sebanyak 360 derajat. Untuk generasi keempat ini tube sinar x berputar mengelilingi detektor sedangkan detektornya tidak bergerak atau berputar seperti ct scan generasi ke tiga (statis). Untuk ct scan generasi keempat disebut juga dengan ct helical atau ct spiral dan dapt menampilkan gambaran / irisan objek dengan cepat dan dapat di manipulasi menjadi gambaran 3D denga peangkat komputer. Untuk ct scan generasi ke empat memiliki detektor fixed ring sebanyak 4800 buah dengan membentuk lingkaran.
Keuntungan dari ct scan generasi keempat adalah waktu scanninga nya yang cepat dan tidak terdapat artefact ring tetapi memiliki kekurangan yaitu dosis radiasi yang diterima pasien menjadi besar dan harga dari ct scan generasi ke empat yang mahal. Ct scan ini dapat melakukan pemeriksaan atau scanning whole body.
Generasi kelima
Untuk ct scan generasi kelima sudah menggunaka metode multi slice. Dengan menggunakan prinsip ct spiral yaitu pada saat scanning meja pemeriksaan akan masuk kedalam gantry, untuk generasi kelima ini sudah menggunakan detektor sebanyak 240-24000 detektor. Untuk generasi kelima ini dapat dimanipulasi menjadi gambaran 3D, 4D.
Pesawat CT SCAN
Ct scan adalah pencitraan diagnostik yang menggunakan kombinasi antara sinar x dan komputer untuk mengolah, menganalisa serta merekontruksi data untuk menghasilkan gambaran irisan tranversal tubuh (cross sectional).
Instrument utama pesawat ct scan :
1.      Meja pemeriksaan (Carbon Graphite Fiber bahan pembuatannya)
2.      Gentry :
·         Tabung sinar x dan kolimator
·         Detektor, DSA (data acquisition system)
·         Lampu indikasi untuk sentrasi
3.      Operator console
Kolimator :
a.       Kolimator pada rumah tabung yang funsinya untuk membatasi luas lapangan dan membatasi keluarnya radiasi.
b.      Kolimator pada pengontrol radiasi untuk diarahkan ke detektor
Detektor dan DSA
Detektor fungsi nya adalah untuk menangkap sinar x yang telah menembus objek dan akan diteruskan menuju DSA. DSA fungsinya adalah untuk menangkao sinar x yang telahmenembus objek, mengubahnya menjadi cahaya tampak, dan mengubah menjadi elektron yang nantinya akan diubah kedalam sinyal digital.
Komputer
Berfungsi sebagaii pengendali dari ct scan seperti pengaturan display, merekonstruksi atau mengolah data.
Input : berfungsi sebagai penerjemah dari bahasa luar komputer menjadi program instruksi
Cpu : pusat pengontrol dan pengendali sistem komputer.
ALU (Arithmetric Logic Unit) yang melaksanakan proses berupa arithmetric operation seperti penambahan, pengurangan, pembagian serta perkalian, kemudian terdapat
Control Unit yang berfungsi mengontrol keseluruhan sistem komputer dalam melakukan pengolahan data, dan
Memory unit yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun yang sedang dikerjakan.
Output device : digunakan untuk menghasilkan hasil program untuk diamati.
Layar monitor : untuk menampilkan hasil gambaran
Image recorder :
1.      Magnetic tape
2.      Magnetic disk
3.      Floppy disk
Sistem kontrol : untuk mengatur kV, mA, mAs, ketebalan irisan, dan waktu scanning
Printer : untuk mencetak gambaran
PARAMETER CT SCANNING
Konsep dasar :
·         Tolak ukur untuk pemeriksaan ct scan
·         Menetapkan parameter dalam pemeriksaan ct scan
·         Tujuannya untuk mendapatkan gambaran yang sesuai dengan yang diharapkan
PARAMETER UTAMA CT SCAN
1.      mAs
tujuannya untuk kuantitas gambaran, untk menghasilkan resolusi gambaran
mAs tinggi noise rendah dan sebaliknya.
mAs tinggi hanya baik untuk menampilkan gambaran jaringan lunak tetapi untuk menampilkan udara tidak terlalu baik. Untuk paru-paru lebih baik menggunakan mAs rendah.
2.      mA
berhubungan dengan kuantitas sinar x dan ukuran fokus. Penggunaan mA disesuaikan dengan ukuran pasien, posisi pasien, dan thickness.
3.      kV
kV mrupakan kontrol untuk menentukan kuantitas energi sinar x. Menggunakan kV tinggi maka akan mengurangi tingkat noise pada gambaran.
4.      Slice thickness
Tingkat ketebalan irisan objek, biasanya digunakan adalah 10mm, ada daerah yang tebal irisannya 5mm, 2mm, 1mm. Semakit kecil slice thickness maka akan meningkatkan noise dan resolusi gambaran rendah, begitu juga sebaliknya.
Untuk resolusi spatial yang kecil maka gambaran tulang akan terlihat sangat baik. Lebih tipis potongan (slices) mengurangi nilai noise & kontras lebih baik untuk mendeteksi jaringan lunak
5.      Range
Range adalah kombinasi dari beberapa slice thickness pada satu lapangan pemeriksaan untk mendapatkan ketebalan yang sama. Contoh Lapangan pemeriksaan untuk CT-Scan lumbal adalah dari Lumbal 1 sampai dengan Sacrum I.
6.      Patient size
Setiap 4 cm pertambahan tebal objek maka akan mempengaruhi nilai atenuasi menjadi 50 %. Noise juga akan bertambah jika ketebalan naik menjadi 8 cm.
7.      Scan time
Waktu scan yang cepat akan menghasilkan gambaran yang baik, parameter ini akan berguna pada pemeriksaan dengan pasien pediatric atau pemeriksaan objek yang bergerak da mengurangi artifact.
8.      Parameter algorotma
parameter ini digunakan untk mendapatkan gambaran yang baik pada level noise tinggi. Untuk smoothing algoritma digunakan untk mendapatkan gambaran yang baik pada level noise rendah, dan akan memberikan kontras yang lebih baik.

Selasa, 08 Oktober 2013

RADIOGRAFI KONVENSIONAL - CR - DR


Radiography secara Konvensional
Pemeriksaan konvensional tanpa kontras, yaitu pemeriksaan sederhana menggunakan sinar Roentgen (sinar X) dengan berbagai posisi pemeriksaan. Pemeriksaan ini dilakukan pada berbagai organ tubuh, antara lain jantung dan paru (toraks) serta tulang-tulang pada seluruh bagian tubuh. Pemeriksaan konvensional dengan kontras, yaitu pemeriksaan sederhana menggunakan sinar Roentgen (sinar X) disertai dengan penggunaan obat kontras yang dapat membantu memperlihatkan kelainan yang ada, sehingga mempertajam diagnosis. Misalnya pemeriksaan saluran cerna (barium meal & enema), saluran kemih (urografi intravena, sistografi), organ kandungan (histerosalpingografi), saluran kelenjar liur (sialografi), pembuluh darah (angiografi/venografi), saluran getah bening (limfografi), sumsum tulang belakang (myelografi), dan lain sebagainya.
Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya adalah film tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar diperoleh gambaran radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari :
Film - Developing - Rinsing - Fixing - Washing - Drying

1. Pembangkitan (developing)
a. Sifat dasar
Developing merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut developing adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.
b. Bayangan laten (latent image)
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative (AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di dalam bintik kepekaan (sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak tampak.
c. Larutan developer terdiri dari:
i. Bahan pelarut (solvent).
Bahan yang dipergunakan sebagai pelarut adalah air bersih yang tidak mengandung mineral.
ii. Bahan pembangkit (developing agent).
Bahan pembangkit adalah bahan yang dapat mengubah perak halida menjadi perak metalik. Di dalam lembaran film, bahan pembangkit ini akan bereaksi dengan memberikan elektron kepada kristal perak bromida untuk menetralisir ion perak sehingga kristal perak halida yang tadinya telah terkena penyinaran menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran. Bahan yang biasa digunakan adalah jenis benzena (C6H6).
iii. Bahan pemercepat (accelerator).
Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi pada film mudah membengkak dan mudah diterobos oleh bahan pembangkit (mudah diaktifkan). Bahan yang mengandung alkali ini disebut bahan pemercepat yang biasanya terdapat pada bahan seperti potasium karbonat (Na2CO3 / K2CO3) atau potasium hidroksida (NaOH / KOH) yang mempunyai sifat dapat larut dalam air.
iv. Bahan penahan (restrainer).
Fungsi bahan penahan adalah untuk mengendalikan aksi reduksi bahan pembangkit terhadap kristal yang tidak tereksposi, sehingga tidak terjadi kabut (fog) pada bayangan film. Bahan yang sering digunakan adalah kalium bromida.
v. Bahan penangkal (preservatif).
Bahan penangkal berfungsi untuk mengontrol laju oksidasi bahan pembangkit. Bahan pembangkit mudah teroksidasi karena mengabsorbsi oksigen dari udara. Namun bahan penangkal ini tidak menghentikan sepenuhnya proses oksidasi, hanya mengurangi laju oksidasi dan meminimalkan efek yang ditimbulkannya.
vi. Bahan-bahan tambahan.
Selain dari bahan-bahan dasar, cairan pembangkit mengandung pula bahan-bahan tambahan seperti bahan penyangga (buffer) dan bahan pengeras (hardening agent). Fungsi dari bahan penyangga adalah untuk mempertahankan pH cairan sehingga aktivitas cairan pembangkit relatif konstan. Sedangkan fungsi dari bahan pengeras adalah untuk mengeraskan emulsi film yang diproses.
2.    Pembilasan (rinsing)
a. Sifat dasar
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto hasil tidak memuaskan. Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik.
3.    Penetapan (fixing)
a. Sifat dasar
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian.
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.
b. Larutan fixer terdiri dari:
a. Bahan penetap (fixing agent).
Dipilih bahan yang berfungsi mengubah perak halida. Bahan ini bersifat dapat bereaksi dengan perak halida dan membentuk komponen perak yang larut dalam air, tidak merusak gelatin, dan tidak memberikan efek terhadap bayangan perak metalik. Bahan yang umum digunakan adalah natrium thiosulfat (Na2S2O3) yang dikenal dengan nama hypo. Reaksi kimia yang terjadi pada film adalah sebagai berikut:
 Na2S2O3 + AgBr = Na2Ag(S2O3)2) + NaBr
b. Bahan pemercepat (accelerator).
Untuk menghindari kabut dikroik dan timbulnya noda kecoklatan, biasanya digunakan asam yang sesuai. Karena pembangkit memerlukan basa dalam menjalankan aksinya, maka tingkat keasaman cairan penetap akan menghentikan aksinya. Asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) akan merusak bahan penetap dan mengendapkan sulfur. 
Maka bahan pengaktif yang umumnya dipergunakan adalah asam lemah seperti asam asetat (CH3COOH). Akan tetapi dengan penggunaan asam lemah ini masih terjadi pengendapan sulfur. Untuk mengatasi hal ini maka dipergunakan bahan penangkal.
c. Bahan penangkal (preservatif).
Untuk menghindari adanya pengendapan sulfur maka pada cairan penetap ditambahkan bahan penangkal yang akan melarutkan kembali sulfur tersebut. Bahan penangkal yang digunakan adalah natrium sulfit, natrium metabisulfit, atau kalium metabisulfit.
d. Balian pengeras (hardener).
Bahan ini digunakan untuk mencegah pembengkakan emulsi film yang berlebihan. Pembengkakan emulsi akan membuat perak bromida mudah terkelupas dan pengeringan film yang tidak merata. Bahan yang digunakan biasanya adalah potassium alum [K2SO4Al3(SO4)2H2O], aluminium sulfat [Al2(SO4) 3].
e. Bahan penyangga (buffer).
Digunakan untuk mempertahankan pH cairan agar dapat tetap terjaga pada nilai 4 - 5. Bahan yang digunakan adalah pasangan antara asam asetat dengan natrium asetat, atau pasangan natrium sulfit dengan natrium bisulfit.
f. Pelarut (solvent).
Pelarut yang umum digunakan adalah air bersih.
4.    Pencucian (washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.
5.    Pengeringan (drying)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak.
Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.

Ø  Aspek keselamatan dalam Pengaturan dan pembatasan waktu penyinaran
a)    Harus ada penunjukan tegangan tabung, arus tabung dan waktu penyinaran yang dipilih; penunjukan jumlah muatan listrik (mAs) dapat dipakai sebagai pengganti penunjukan arus tabung dan waktu penyinaran secara terpisah.
b)   Untuk pengatur penyinaran otomatis cukup ada penunjukan tegangan tabung; untuk tegangan tabung dan arus tabung dengan nilai tetap perlu ada penunjukan pada panel pengatur dan dijelaskan dalam dokumen penyerta.
c)    Jika pembangkit sinar-X ini juga dapat digunakan untuk fluoroskopi, harus ada suatu cara untuk menjaga agar arus tabung berada dalam + 25 % dari nilai yang ditetapkan sebelumnya.
d)   Rangkaian penyinaran yang ditetapkan sebelumnya harus diperlihatkan dengan jelas dalam sebuah tabel dalam dokumen penyerta; faktor-faktor penyinaran ini hendaknya tersedia dekat atau pada panel pangatur.
e)    Sakelar penyinaran harus terpasang sedemikian, sehingga dapat dijalankan dari tempat yang aman (2m dari susunan tabung dan dari pasien).
a.    di belakang bangunan pelindung atau
b.    di dalam ruangan dengan menggunakan apron pelindung dan jika perlu sarung tangan (untuk pengaturan khusus seperti memegang film pada pasien anak kecil).
f)     Untuk memperkecil radiasi pada pasien dan radiasi hambur dalam kamar sinar-X ukuran berkas radiasi harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan diagnostik dari pemeriksaan tersebut.
g)    Waktu penyinaran biasanya sangat pendek dengan maksud untuk memperkecil kemungkinan kaburnya bayangan akibat gerakan bagian yang difoto.
h)   Pesawat harus dilengkapi dengan peralatan untuk membatasi berkas sinar guna (misalnya dengan diafragma berkas cahaya yang dapat diatur dan kerucut yang dapat diganti-ganti).
i)     Pesawat sinar-X harus memiliki sistem diafragma atau kolimator pengatur berkas radiasi, sehingga apabila diafragma tertutup rapat maka laju kebocoran radiasinya tidak melebihi batas yang diizinkan.

2.    Computer Radiography (CR)
Computed radiography adalah proses merubah system analog pada radiografi konvensional menjadi radiografi digital. Pada sistem Computed Radiography data analog dikonversi ke dalam data digital pada saat tahap pembangkitan energi yang terperangkap di dalam Imaging Plate dengan menggunakan laser, selanjutnya data digital berupa sinyal-sinyal ditangkap oleh Photo Multiplier Tube (PMT ) kemudian cahaya tersebut digandakan dan diperkuat intensitasnya setelah itu diubah menjadi sinyal elektrik yang akan di konversi kedalam data digital oleh Analog Digital Converter (ADC).
Pada penggunaan radiografi konvensional digunakan penggabung antara film radiografi dan screen, akan tetapi pada Komputer radiografi menggunakan imaging plate. Walaupun imaging plate secara fisik terlihat sama dengan screen konvensional tetapi memiliki fungsi yang sangat jauh berbeda, karena pada imaging plate berfungsi untuk menyimpan enersi sinar-x kedalam photo stimulable phosphordan menyampaikan informasi gambar itu ke dalam bentuk data digital.

Ø  Komponen-komponen yang terdapat pada CR antara lain :
a)    Kaset
Kaset pada Computed Radiography terbuat dari carbon fiber dan bagian belakang terbuat dari almunium, kaset ini berfungsi sebagaii pelindung dari Imaging Plate.
b)   Imaging Plate
Merupakan komponen utama pada sistem CR yang berfungsi menyimpan energi sinar x, imaging plate terbuat dari bahan Photostimulabel phosphor. Dengan menggunakan Imaging Plate memungkinkan proses gambar pada sistem komputer radiografi untuk melakukan berbagai modifikasi.
Proses yang terjadi pada Imaging Plate di mulai pada saat terkena penyinaran sinar-x , Imaging Plate akan menangkap energi dari sinar x kemudian disimpan oleh bahan phosphor yang akan dirubah menjadi data digital dengan Laser Scanner di dalam Image Reader. Setelah Imaging Plate melalui proses scanning, gambaran akan di tampilkan pada monitor komputer, sementara Imaging Plate masuk ke bagian data penghapusan (erasure) untuk dibersihkan sehingga dapat digunakan kembali untuk pasien yang lainnya.
Proses pembentukan gambar yang terjadi pada imaging plate melalui beberapa tahapan :
1). Exposure
Imaging Plate diletakkan didalam kaset, setelah itu kita lakukan eksposi dengan menggunakan sinar -x. Sinar- x yang menembus obyek akan mengalami atenulasi sehingga enersi dari sinar-x tersebut ditangkap oleh imaging plate dalam bentuk data digital.
2). Stimulate
Bayangan tersebut kemudian distimulasi dengan Photo Stimulable Phosphor (PSP) yang fungsinya untuk mengubah bayangan laten pada IP menjadi cahaya tampak.
3). Read (pembacaan)
Dengan menggunakan Photo Multiplier, cahaya tampak tersebut di tangkap dan digandakan serta diperkuat intensitasnya kemudian diubah menjadi sinyal elektrik. kemudian sinyal-sinyal ini direkonstruksikan menjadi sebuah gambaran yang dapat dilihat oleh layar monitor.
4). Erasure (penghapusan)
Setelah proses pembacaan selesai, data gambar pada imaging plate secara otomatis akan dihapus oleh Intense Light sehingga imaging plate dapat digunakan kembali.



3.    Digital Radiography (DR)
Komponen-komponen pada Digital Radiography :
1)    Modalities :
·         DICOM
·         Non-DICOM (Conventional)
2)  Software :
·         RIS (Radiology Information System)
·         PACS (Picture Archiving & Communication System)
3)  Hardware :
·         Server, Workstation & Printer
·         Network
·         Storage

Ø  P A C S (Picture Archiving and Communications System)
PACS memungkinkan secara elektronik :
a)    Menerima gambar dari peralatan medis secara langsung
b)   Mendistribusikan gambar tsb ke seluruh PC
c)    Membaca gambar melalui layar komputer (dengan berbagai fasilitas peng-editan)
d)   Menyimpan gambar-gambar secara sistematis
e)    Mengirimkan gambar kemana saja melalui jaringan internet, telepon dsb.


Manfaat Digital Radiography Bagi Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
a)    Pelayanan Radiologi berstandar internasional
b)   Corporate image
c)    Biaya operasional yang lebih rendah
d)   Meningkatkan pelayanan kepada pasien
e)    Customer satisfaction
f)     Pengembangan menuju Tele-Radiography
g)    Sebagai salah satu fasilitas penelitian / riset


Contoh Ukuran File DRMODALITIES        RESOLUTION          FILE SIZE
Digital Radiography ( GE )    2022 x 2022    8 MB
Digital Radiography ( Canon, Agfa ) 2688 x 2688    14,4 MB
Digital Radiography ( Phillips, Siemens )       3000 x 3000    18 MB


No. 2
1.     Persamaan
a.     Teknik radiografi konvensional dan digital dapat digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang alveolar yang berhubungan dengan penyakit periodontal. Kehilangan tulang alveolar dapat disebabkan oleh adanya proses inflamasi, trauma dan penyakit sistemik. Disamping itu, proses kehilangan tulang alveolar memiliki pola yang dapat dilihat pada gambaran radiografi.
b.    

2.    Perbedaan
a.    Pada proses radiography konvensional :
1)    Harus menunggu beberapa waktu untuk pencetakan film
2)   Harus menunggu lagi untuk mengirimkan film kepada dokter radiologi
3)   Harus menunggu lagi untuk mengirim hasil analisa (expertise) kepada dokter perujuk
4)   Waktu tunggu menjadi lebih lama apabila dokter radiologi tidak sedang berpraktek
5)   Dalam situasi darurat, tidak dapat langsung membaca film
6)   Film tidak selalu berada di dalam ruang arsip
7)   Biaya yang cukup besar untuk pembuatan film, bahan kimia, jasa pengiriman, ruang penyimpanan dsb.
8)   Adanya limbah B3 yang membutuhkan penanganan khusus

b.    Pada proses Digital Radiograhy :
1)    Diagnosa tepat melalui gambar digital
2)   Efisiensi waktu untuk mendistribusikan gambar
3)   Mengurangi biaya-biaya pencetakan gambar
4)   Arsip digital, menghilangkan ruangan penyimpanan film dan memudahkan pencarian gambar
5)   Mengurangi resiko kehilangan film (dengan adanya backup)
6)   Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga mengurangi tingkat polusi
7)   Lebih ramah lingkungan
8)   Awet, kwalitas gambar digital tidak menurun dari waktu ke waktu
9)   Konsisten, dapat diperbanyak sesuka hati tanpa menurunkan kwalitasnya
10) Fleksibel, dapat dimanipulasi tanpa merubah aslinya, seperti diperbesar, dipotong, diwarnai dsb.
11)  Dapat dihubungkan dengan data-data text
12) Dapat disimpan dan dikirim secara elektronik melalui jaringan internet, telepon dsb.